Novel

 Cermin Jiwa
sinopsisnya :

Janganlah engkau terbuai pada keelokan rupa yang nampak secara zahir, karena kecantikan fisik akan pudar seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia. Namun kecantikan jiwa yang timbul dari hati, itulah yang utama, karena ia abadi..
Menikah itu bukan sekedar lafaz akad di awal saja, tapi sebuah perjalanan panjang dalam hidup. Kita harus memilih orang yang benar-benar tepat untuk menjadi teman dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Namun apa jadinya jika seorang lelaki yang tidak paham agama sama sekali datang melamarmu sementara engkau berada di persimpangan harus memutuskan untuk menikah dengannya atau dengan lelaki shaleh yang engkau dambakan? Dan engkau melihat ada ketulusan di hatinya saat dengan polos ia datang melamarmu. Dia tidak memandangmu dari kecantikan fisikmu, keelokan rupamu, tapi ketakwaanmu pada tuhanmu.
Dia datang kepadamu untuk sebuah perubahan. Ia ingin menjadi seorang yang lebih baik, dan engkau tahu bahwa keshalehan adalah sebuah proses menuju sebuah pencapaian. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan segala masa lalunya demi dirimu sehingga menambah gelisah hatimu untuk menolak atau menerimanya. Lantas engkau pun bertanya pada hatimu, apakah dia yang akan menjadi cermin jiwamu?
Baca kisah selengkapnya dalam Novel:
Cermin Jiwa
Sebuah Novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang lelaki dalam mencari keridho’an cinta-Nya..
***

Setetes demi setetes embun di kuncup-kuncup dedaunan mulai mengering oleh sinar sang mentari yang mulai sepenggelahan naik menyapa hari.
Dan kuning dedaunan pun satu demi satu berguguran meninggalkan rantingnya.
Resah...
Semakin gelisah jiwa ini menghitung waktu yang terus berlalu.
Sampai kapankah kesendirianku melewati usia..
Sementara sungai terus mengalir menemui muara.
Dan Aku...?
Ya Rahim.. Dimana Kau simpan cermin jiwa itu.
Cermin jiwaku..
Yang rela menghabiskan sisa hidupnya bersamaku.
Yang ikhlas menerima aku dengan segala kurangku
Aku ingin belajar bersamanya tuk meraih cinta-Mu
Sesungguhnya Adam-Mu ini telah mendambakan Hawa.
Tak ingin lama hidup dalam gelisah.
Dimanakah bayanganku itu..
Yang akan meredakan tangisan di sanubari
Menepis gundah di dalam hati.
Pertemukanlah...
Akan ku terima lebih dan kurangnya..
Karena ku yakin, dari-Mu yg terbaik untukku..
Karena dia...
Cermin Jiwaku

***
Dalam memilih pasangan hidup, seperti apa pun engkau menentukan kriterianya, berciri seperti apa yang engkau dambakan, atau engkau menghalalkan dirimu dengan mengajukan berjuta persyaratan, pada akhirnya dia yang menjadi belahan jiwamu adalah pantulan dari dirimu sendiri. Karena dialah Cermin Jiwamu..

Jodoh itu seperti bercermin. Semakin engkau memperbagus dirimu, semakin bagus pula pasanganmu kelak. Maka, jika engkau mendambakan seseorang yang baik akhlaknya, indah perangainya, pantaskan dirimu!

***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Novel

Berakhir Di malaka
sinopsisnya :


Saat puing-puing itu pecah..
Saat suara penyeru-Nya diperdengarkan
Ketahuilah bahwa aku selalu menyebut namamu dalam do’aku
Dan rasa yang terpendam di hati..
Jiwa yang lama menanti
Akan sirna..
Karena cinta telah tumbuh di hati
Dan bukan untuk sekedar dihayati
Tapi di resapi..
Tak usah resah, tak usah gundah..
Karena di batas waktuku nanti..
‘Kan kujemput dirimu menjadi bedadariku..
Biar pun lama..
Namun tetaplah menanti…
----------------------------
Sebagai seorang wanita, apa jadinya saat seorang lelaki yang kamu sukai secara tidak langsung memberikan harapan kepadamu bahwa ia akan kembali suatu saat untuk melamarmu. Dan kamu pun menanti.. Menanti.. Dan menanti hingga bertahun lamanya. Beberapa lelaki datang untuk melamarmu namun kamu telah menutup pintu hatimu karena anggapanmu, telah ada yang mengisi kekosongan hatimu itu. Namun.. Setelah lama menanti, kamu mendengar kabar bahwa lelaki yang kamu nantikan telah menikah bersama wanita lain. Dan dia bahagia.. Apa yang kamu rasakan saat itu?
Dan sebagai seorang isteri, apa yang kamu rasakan dan apa yang akan kamu lakukan saat tahu bahwa sebelum menikahi dirimu, suamimu pernah berjanji untuk menikahi wanita lain. Dan suamimu tidak dapat menepati janjinya tersebut karena dia telah memilih dirimu untuk menjadi pendamping hidupnya. Dan kamu mendengar bahwa wanita itu masih menanti suamimu dan terus mengharapkan kedatangan suamimu untuk menepati janjinya. Ia menjadi murung dan sering sakit-sakitan karena telah menaruh harapan pada suamimu namun suamimu tak kunjung jua menjemputnya. Sebagai seorang wanita kamu pasti bisa merasakan betapa sakitnya di khianati oleh seorang lelaki.

Bagaimana sikap dirimu atas kenyataan ini?

Bagaimana kamu mempertahankan rumah tangga yang baru saja dibina terhadap berbagai problematika yang muncul?

Baca kisah selengkapnya dalam novel:

^ Berakhir Di Malaka ^

Sebuah kisah tentang seseorang yang merasa telah di khianati..
Tentang janji yang tak di tepati..
Dan lama menanti…
“Suatu hal yang paling menyedihkan dalam hidup ini adalah ketika kamu bertemu dengan orang yang kamu sayangi dan memberi harapan padamu bahwasanya ia akan menikahimu. Lalu dia pergi dan tak pernah kembali. Sementara kamu terus menanti, menanti, dan menanti.. Namun ternyata penantianmu hanyalah untuk sebuah kesia-siaan. Ia telah menikah bersama orang lain.” Ucap Dinda Khumayrah dan raut wajah Puteri terlihat heran.
“Suamimu pernah mengirimkan sebuah puisi yang berisikan harapan ingin melamarku.”
"Jangan biarkan cinta membutakan kita ya ukhti.. Allah Maha Mengetahui segala apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ia tidak akan memberikan segala apa yang kita minta namun ia akan berikan yang kita butuhkan. Jodoh, rizki dan maut itu sudah tertulis di Lauful Mahfudz. La tahzan Ukhti. Aku menikah dengan Ridho sesungguhnya tiada cinta di hati kami berdua. Namun jika namanya dan namaku yang tertulis di Lauhul Mahfudz, maka Allah akan menumbuhkan rasa cinta di antara kami berdua.” Ucap Puteri. Dan air mata membasahi kedua pipinya.
“Jika suatu saat ada lelaki yang datang melamarmu, terimalah.. Mungkin dialah yang akan menjadi pelindung bagimu dan penghapus resah dan gundahmu.”
-------------------------------------------
Meski lidah telah berkata untuk jangan..
Meski hati mencoba tegar mengikhlaskan..
Meski fikir mencoba tak mengarahkan..
Namun ketika rasa itu menghampiri, aku lemah tak berdaya..
Ada rasa yang sulit kutepikan..
Ada sesuatu yang tidak dapat ku dustakan..
Ya Allah.. Aku jatuh cinta...
Tapi cinta telah menjadikanku budak tak berhamba..
Ya Robbi.. Aku jatuh cinta..
Tapi cinta telah membuatku buta sehingga tak dapat melihat besarnya cinta-Mu..
Ya Mujibasa’ilin.. Aku jatuh cinta..
Tapi cinta telah membuatku terlena..
Wahai Robbku yang menguasai hati..
Palingkanlah dia dari ingatanku
Hapuslah dia dari fikirku..
Aku terlalu mencintainya dan telah terjerat karenanya
Dan aku tak tahu kenapa..
Ya Ilahi..
Tanpa kasih-Mu
Sesungguhnya aku tiada berdaya..
Tanpa rahmat-Mu..
Aku Hina..
---------------------------------------------------

Dapatkan kisah selengkapnya dalam novel “Berakhir Di Malaka” Karya Imints Fasta

Insya Allah novel ini sarat akan hikmah dan pembelajaran tentang bagaimana menjaga hubungan keluarga yang baru di bina atas berbagai problematika yang muncul.
Sebuah novel yang sederhana namun insya Allah mencerahkan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Puisi

Menangislah, Sahabatku

      Untuk seorang sahabat
Menangislah, Sahabatku
Jika itu membuat lega
Di sini, di bahuku
Karena hanya itu yang tersedia
Pada diriku
Aku tak memiliki ruang yang cukup luas
Tuk tampung seluruh pedihmu
Aku tak memiliki cahaya yang cukup benderang
Tuk terangi seluruh jalanmu
Hanya bahuku yang tersedia
Untukmu bersandar
Aku akan menyediakannya
Karena hanya itu
Mampuku

Menangislah, Sahabatku
Jika itu membuat jiwamu
Kembali bersemi
Usai lama terselimut salju
Di sini, di pelukanku
Lenganku yang lunglai
Tak akan mampu mengangkatmu
Meninggalkan kerapuhan
Dan keterpurukan
Akan tetapi, aku memiliki kehangatan
Yang mampu sedikit tertitiskan
Pada hatimu
Aku akan memelukmu
Jika kau memintanya
Kapan saja
Karena hanya itu
Sanggupku
Jika kau inginkan lebih…
Ada Yang Di sana…
Di ‘Arsy nan agung
Kita akan menangis bersama
Di hadapan-Nya
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Cerita motivasi

MENYAMBUT 85 TAHUN JEMBER
(Kota Kecil Bervisi Dunia)

Jember itu Dimana?

Ini cerita lama, sekira tahun 90an. Dari dosen guru saya yang pernah meraih prestasi tingkat nasional dalam bidang karya ilmiah. Dalam penerima penghargaan itu, ketika memasuki acara ramah tamah, satu persatu mereka yang berprestasi didekati oleh Ibu negara. Begitu menyapa dosen saya tersebut, Ibu Tien Suharto bertanya : “Dari mana mas?”. Dengan sedikit kikuk dosen itu menjawab singkat, “Jember, Jawa Timur, Ibu...”. “Oh, Jember, mananya Banyuwangi ya...?”, lanjut first lady ini tanpa ekspresi. Dengan sedikit mendongkol (tetapi di tahan) dosen guru saya ini menjawab ramah, “Baratnya, Ibu, masih tetangganya....”.



Terasa ada umpatan dari dosen guru saya itu, ketika dia bercerita pengalamannya di Istana Negara, di depan mahasiswa yang diajarnya saat itu, walau tidak terlalu tampak. Syukurlah umpatannya sedikit sopan dan boleh dikatakan objektif. Lho? Iya, umpatan yang lebih mengarah pada keluhan dan rasa minder ketika kotanya begitu buram di mata orang kedua di negeri ini saat itu. Umpatan itu logis, karena diakhiri dengan kata-kata “Mengapa saya harus hidup di daerah terpencil ini.....!”, pekiknya sembari geleng-geleng kepala. (cerita ini fakta adanya, Cuma memang saya lupa nama dosennya dan apa nama penghargaannya, semoga pembaca masih bisa percaya)



Tahun 2001 Guru saya lolos untuk mengikuti TOT Instruktur tingkat nasional dalam bidang integrasi IMTAQ-IPTEK. Delegasi Jawa timur ada 8 orang, satu yang tidak bisa ikut karena tenaga dan pikirannnya diperlukan sekolah. Dari tujuh orang itu, enam lelaki satu wanita. Ketika reservasi di Wisma Handayani di daerah RS. Fatmawati, tiga orang delegasi Jatim kumpul dengan dua orang dari Gorontalo.



Hampir senasib dengan dosennya, saat kenalan dengan teman guru Gorontalo, tanpa merasa bersalah dia bertanya : “Jember itu dekat mungkin ya dengan Lumajang...?”. Bah, dengan setengah malu guru saya jawab saja, “Iya, tetangga timur kabupaten...”. Tiga delegasi lain dari luar Jawa Timur yang kenalan dengan saya pun pertanyaannnya semirip itu, Lumajang juga. Untuk menghilangkan rasa penasaran, guru saya bertanya ke teman Gorontalo yang sekamar dengan saya, mengapa begitu faham dengan Lumajang?  Dengan ringannya dia menjawab, “Pisang yang ada di Gorontalo semua dari Lumajang lho, Pak....?”. Nah lho.



Haruskah saya iri dengan Banyuwangi dan Lumajang yang notabene mengapit kabupaten saya ini, ya Jember ini? Benarkah Jember hilang dari peta Indonesia? Ah, tidak juga ternyata. Benar yang dikatakan teman Gorotalo itu, Lumajang cukup eksis dengan produksi pisangnya hingga jika kita memasuki pintu gerbang kabupaten ini sudah ada simbol pisang di kiri kanan gapuranya. Dan kenyataannya di sepanjang jalan itu memang tidak sulit untuk menemukan orang yang membawa pisang mulai dari truk sampai cukup dikayuh dengan sepeda onthel.


Eksistensi yang butuh gerakan yang total, karena dengan “hanya” pisang, kota ini sampai bisa menstok asupan buah di Gorontalo. Pisang, yang satu tandonnya mungkin tidak lebih dari 30-50ribu, tapi bisa membahana ke seantero negeri. Benar-benar harum nama Lumajang, semanis pisang.



Bagaimana dengan Banyuwangi? Untuk daerah yang satu ini agak tidak terkejut saya. Letek geografis yang dekat dengan Bali, ujung terakhir pulau Jawa di sebelah timur, juga di sana ada cerita yang cukup melegenda, Minak Jinggo. Bisa jadi didukung pula oleh sosok selebretis lama sekelas Emilia Contesa yang sekarang menurun di Denada dengan segala fantasi kehidupannya.



Sangat mahfum saya dengan Banyuwangi ini, sampai detik ini pun getar-getar kreasi sering menyeruak dari kota ini. Katakanlah koleksi album Banyuwangian yang begitu bisa diterima oleh telinga pecinta musik Indonesia. Belum lagi Jangernya dan keunikan bahasa Osingnya.



Yah, Mahfum saya jika dua kabupaten pengapit kabupaten saya ini begitu familier di telinga nusantara. Dan syukurlah, kepopuleran ini karena adanya pengolahan yang tepat atas kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Tentu prestasi adanya.



Untuk Jember apakah masih seperti dulu adanya?  Semoga dalam waktu dekat ini bisa menyusul ketenaran seperti daerah tetangga itu. Semoga gerakan-gerakan yang sekarang digagas oleh pemerintah daerah bersama rakyatnya tidak terlalu lama akan menuai hasilnya. Memang butuh ketelatenan dan daya juang yang tinggi untuk bisa meletakkan nama daerah ini di memori regional bahkan dunia. Butuh kerja terus menerus tanpa kenal lelah.



Tentu kita malu melihat pisang begitu menusantaranya, malu pula gandrung dan jangernya bebas lepas menyapa nusantara. Sementara Jember juga sudah mulai merintis untuk punya ketenaran itu sedikit demi sedikit dengan menggali ikon-ikon daerah yang dicoba untuk dilahirkannya. Sangat wajar nelangsanya jika BBJ yang digelar berbulan-bulan dengan melibatkan semua daya upaya masih juga kalah dengan setandon pisang. Sangat rugi jika bandara dan geliat wisata dan bisnisnya yang menelan milyaran rupiah tidak bisa juga mengangkat nama wilayah.



Saya termasuk yang menyayangkan dengan adanya ramainya kasus pernikahan Anang-Asanti yang itu justru malah menjadi beban nama bagi kabupaten ini. Terlepas dari siapa yang benar, kericuhan ini lebih pada kurang sehatinya warga dan pemerintah dalam menuju jember sebagai kota kecil tetapi mendunia. Dan terlepas dari benar tidaknya kasus itu pula. Layaklah jika sekarang kita mengaca dan bertanya, “Jember Itu Di Mana...?”.



Hanya mereka yang salah pikir saja yang tidak ingin Jember ini merambah ke mana-mana. Dan jangan teruskan salah pikir mereka dengan tetap membiarkan Jember tanpa makna, karena ada dimana-mana tetapi tidak nyata!



Anang Hermansyah setiap minggu nampang di tv swasta, Dewi persik tidak pernah absen dalam setiap event acara. Gosip-gosip mereka semakin menebarkan kepakan sayap kepopulerannya. Tetapi mengapa Jember sulit melekat dalam kepopuleran itu. Mengapa tidak mengekor mbak Emilia yang dalam setiap wawancara kala itu selalu membawa-bawa daerah kelahirannya. Pasti ada yang salah dalam memanfaatkan momentum yang ada.



Begitu juga dengan BBJ, wabil khusus JFC-nya. Mengapa hanya menggema satu dua bulan saja. Selepas itu orang sudah lupa di mana JFC pernah ada.



“Jember Itu Di mana...”, jadikan ikon ketakutan semua warga, jadikan kengerian yang sangat, termasuk rasa tabu yang membulat. Harus diakhiri sesegera mungkin! Bagaimana?



Kembali, saya melihat sinergi yang kurang kuat dalam setiap menggerakkan momen yang ada. Pelibatan elemen kurang merata, bisa jadi ada kevakuman dalam membaca hasil setiap moment itu.



Warga harus di sapa, dengan melibatkan potensi yang ada di tengah-tengah mereka tanpa mengurangi makna event yang akan diselenggarakannya. Kalau memang ada unsur bisnis di dalamnya, sebaiknya dipinggirkan sementara. Gapai dulu penanaman yang masih dalam bentuk kerja sosial belaka. Menanam investasi untuk dituai anak cucu kita.



Jember bukan kota “apa adanya”, Jember penuh dengan selera dan kreasi anak mudanya. Jember berserakan potensi yang ingin dirajutnya. Jika sampai kinipun masih juga tanpa kabar berita kelanjutannya, sungguh, jember memang bakal akan selamanya “di mana”, dan gerakan-gerakan yang ada sebatas tanpa makna.



Warga Jember, Bupati kita, Pemerintahnya, berserulah untuk menggemakan dimana Jember berada. Bisikkan dengan kreasi dan kelincahan idea untuk menghantarkan kota ini ke tanah yang rata dan mudah di baca, oleh siapa saja. Kita besar dan bisa. Benarkah ini karena tingginya himpitan dua tetangga kita itu, atau kita memang sedang melamun untuk meneggelamkan diri?

85 Tahun, seharusnya sudah bisa banyak bicara. Bukan gebyar-gebyar yang kemudaian hilang musnah. Kalau itu adanya, pasti ada yang salah. Kuliti diri kita, maju bersama. Bersinergi salah satu jalannya. Segeralah dewasa kotaku, jadikan kenyataan, impian itu : “Kota Kecil Yang Mendunia”. Ayo, segera...!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Motivasi

Ketakutan, Harapan dan Cinta

Mari kita berbicara tentang rasa takut, harapan dan cinta, dan bagaimana manusia menempatkannya, serta memprioritaskan dalam hidup kita. 

Seorang pemimpin bisa menaklukan manusia dengan tiga cara: membebaninya dengan ketakutan, memanjakannya dengan harapan, atau menggerakannya dengan cinta.

Semua telah tersketsa dalam sejarah. 


Nabi Sulaiman yang mengancam hud-hud yang tak menghadiri pertemuan dengan perkataan tegas: "Pasti akan kuhukum dia dengan hukuman yang berat atau kusembelih dia, kecuali jika dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. An Naml:21)



Nabi Musa yang 'memanjakan' kaumnya, Bani Israil--tentu dengan izin-Nya... berupa mukzizat yang terus menerus sementara justru kepengecutan yang dihamburkan oleh Bani Israil kepada nabinya: "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini." (QS. Al-Maidah: 24)

Atau Rasulullah yang menjadikan para pengikutnya sebagai sahabat. Mencurahkan cinta, dicurahi cinta, dan menjelmalah cinta menjadi kekuatan tiada tara. Lihatlah bagaimana Abu Thalhah memberikan perlindungan kepada Rasulullah tercinta, "Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang berkorban jangan engkau….” (Mutafaq 'alaih)

Innal muhibbi lima yuhibbuhi muthi'... Cinta, kata Imam Syafii, menggiring orang untuk mengikuti apa pun titah sang kekasih.

Tebari rasa takut, maka orang akan membungkuk padamu. Membangkitkan semangat pasukan dengan disiplin tingkat tinggi, mungkin penting dalam hal tertentu. Tetapi, terlalu banyak mengumbar punnishment, hanya akan membuat orang antipati kepadamu.



Tebari harapan dan janji, maka orang akan memujamu. Tetapi, ingat, kita memiliki keterbatasan dalam mencurah harapan. Semakin banyak orang berharap kepadamu, semakin banyak peluang engkau membuat kekecewaan. 

Tebari rasa cinta, maka orang akan tulus mendoakan dan memberikan jiwa raganya untukmu. Inilah setinggi interaksi yang mungkin bisa kita berikan. Orang akan menyayangi kita apa adanya. Menerima keburukan dan kebaikan, duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

Memang, ketiga hal itu dalam berbagai komposisi harus kita miliki. Tetapi, jika engkau hendak memilih mana yang paling dominan untukmu, bolehkah aku ajukan saran? Jadikan cinta sebagai cara engkau membangun relasi terhadap sesama.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Puisi



 Agar Kenangan tak Menjadi Kenangan

Disaat hati dan pena
saling menumpahkan perasaan

Sampai pada akhirnya mereka
mengadu pada kertas
Agar menjadi wadahnya

Sekedar untuk melelehkan
sekian kenangan yang membeku
Dimana teman menjadi sebuah anugrah
Dimana masalah bukan lagi musibah
Dimana kata menyerah hanya menjadi sampah


Ketahuilah kawan…
Seberapa kuat kau menggenggam tanganku
Seberapa lama kau memanggil tawaku
Akan ada masa dimana detik saling berguguran
Dan kita hanya duduk meratapi
Tak ada kuasa atas ironi yang terjadi

Sampai pada suatu akhir
kau bertanya kepadaku
“Adakah keabadian yang menyisakan detiknya,
agar kenangan tak menjadi kenangan
karena kau, kita dia dan mereka
begitu indah…
untuk dilupakan”
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Supaidatul Jannah
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Free Website Templates
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver