Makalah

Mengevaluasi Perang Melawan Penjajahan Kolonial Hindia - Belanda





Nama Kelompok 5 :
Ananda Putri Al Ghufroni  [03]
Bayu Aprilia                   [05]
Mega Rahmatika              [15]
Supaidatul Jannah           [33]
Pinky Alvi Wiyono Putro   [24]

Kelas XI MM I



A.Pattimura Angkat Senjata
Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan ‘mutiara dari timur’ , yang senantiasa diburu oleh orang orang Barat. Namun kekuasaan orang-orang Barat telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah lama berkembang di Nusantara. Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles keadaan Maluku relative lebih tenang karena Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku. Kegiatan kerja rodi mulai dikurangi . Bahkan Para pemuda Maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Tetapi pada pemerintahan colonial Belanda , keadaan  kembali berubah . Kegiatan monopoli di Maluku semakin diperketat . Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib , masih juga dikenai kewajiban kerja paksa , penyerahan ikan asin , dendeng dan kopi. Kalau ada penduduk yang melanggar akan ditindak tegas.

Kedatangan bangsa Belanda di Kepulauan Maluku dan pendirian persekutuan dagang VOC hingga pemberlakuan sistem monopoli perdagangan banyak menimbulkan penderitaan, kegelisahan, dan permusuhan untuk rakyat Maluku. Penindasan VOC terhadap rakyat Maluku terasa semakin berat, apalagi ketika sistem monopoli diawasi dengan pelayaran Hongi dan diberlakukannya hak esktirpasi*.
Pada bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram 


Selatan, Maluku, 8 Juni 1783). .Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan.Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan 

kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten),  Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.

Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.
Benteng kompeni Duurstede di Saparua diserbu dan direbut rakyat Maluku hingga banyak pasukan dan penghuni di benteng terbunuh.

Perlawanan  rakyat  Maluku berikutnya meluas hingga ke Ambon dan ke pulau-pulau sekitarnya, yang berlangsung hingga beberapa bulan lamanya dan dikuasai oleh rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-Paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah, dan Thomas Pattiwael.

Pasukan Belanda mengalami kewalahan dalam menghadapi perlawanan rakyat Pattimura hingga pada bulan Juli 1817 dan bulan September 1817, Belanda mendatangkan pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet.

Pada bulan Oktober 1817, pasukan Belanda mulai menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran hingga dapat memadamkan perlawanan rakyat dan menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) yang kemudian dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.

Sebelum menghadapi eksekusi hukuman gantung, Pattimura masih sempat memberi semangat perlawanan terhadap rakyat Maluku, yaitu "Pattimura tua boleh mati, tetapi akan muncul Pattimura-Pattimura muda."

* Salah satu contoh bentuk pelaksanaan hak ekstirpasi adalah penanaman pohon cengkih yang hanya boleh dilakukan di Pulau Ambon dan sekitarnya, serta penanaman pohon pala yang hanya boleh dilakukan di Pulau Banda.


B. Perang Padri

Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di daerah Minangkabau (Sumatra Barat) dan sekitarnya terutama di kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838.

Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
Istilah Padri berasal dari kata Pidari atau Padre, yang berarti ulama yang selalu berpakaian putih. Para pengikut gerakan padri biasanya memakai jubah putih. Sedangkan kaum adat memakai pakaian hitam.

Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa disebut gerakan Padri karena para pemimpin gerakan ini adalah orang Padari, yaitu orang-orang yang berasal dari Pedir yang telah naik haji ke Mekah melalui pelabuhan Aceh yaitu Pedir.
Adapun tujuan dari gerakan Padri adalah memperbaiki masyarakat Minangkabau dan mengembalikan mereka agar sesuai dengan ajaran Islam yang murni yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan ini mendapat sambutan baik di kalangan ulama, tetapi mendapat pertentangan dari kaum adat. (Mawarti, Djoened PNN, 1984:169).
Sebab Awal Terjadinya Perang Padri
             Pada awalnya perang Padri disebabkan pertentangan antara golongan Adat dengan golongan Padri. Masing-masing berusaha untuk merebut pengaruh di masyarakat.
             Kaum adat adalah orang-orang yang masih teguh dalam mempertahankan adat didaerahnya sehingga mereka tidak berkenan dengan pembaharuan yang dibawa oleh kaum Padri. Agama Islam yang dijalankan kaum adat sudah tidak murni, tetapi telah terkontaminasi atau telah terkontaminasi dengan budaya setempat.
            Kaum Padri adalah golongan yang berusaha menjalankan Agama Islam secara murni sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Setealah kaum Adat mengalami kekalahan, mereka meminta bantuan kepada Belanda yang akhirya konflik ini berkembang menjadi konflik antara kaum Padri dengan Belanda.



Ilustrasi Perang Padri sumber : wikipedia

Periodesasi Gerakan Padri
Secara umum perang Padri dibagi dalam dua periode yaitu :
a. Periode 1803 – 1821 (Perang antara Kaum Padri Melawan kaum Adat)
    1.) Sebab terjadinya Perang
           Pada tahun 1803, Minangkabau kedatangan tiga orang yang telah menunaikan ibadah haji di Mekah, yaitu: H. Miskin dari pantai Sikat, H. Sumanik dari Delapan Kota, dan H. Piabang dari Tanah Datar. Di Saudi Arabia mereka memperoleh pengaruh gerakan Wahabi, yaitu gerakan yang bermaksud memurnikan agama Islam dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik. Mereka yang hendak menyebarkan aliran Wahabi di Minangkabau menamakan dirinya golongan Paderi (Kaum Pidari).
Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki kaum Padri terhadap kaum Adat karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakatdi kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan buruk yang dimaksud sepertiperjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. kebiasaan ini semakin meluas dan mempengaruhi kaum mudanya.
            Ternyata aliran wahabi ini ditentang oleh Kaum Adat (ajaran Islam yang bercampur dengan adat setempat) yang terdiri dari pemimpin-pemimpin adat dan golongan bangsawan.
            Pertentangan antara kedua belah pihak itu mula-mula akan diselesaikan secara damai, tetapi tidak terdapat persesuaian pendapat. Akhirnya Tuanku Nan Renceh menganjurkan penyelesaian secara kekerasan sehingga terjadilah perang saudara yang bercorak keagamaan dengan nama Perang Padri (1803 – 1821).
    2.) Jalanya Perang
            Perang saudara ini mula-mula berlangsung di Kotalawas. Selanjutnya menjalar ke daerah-daerah lain. Pada mulanya kaum Paderi dipimpin Datuk Bandaro melawan kaum Adat di bawah pimpinan Datuk Sati. Karena Datuk Bandaro meninggal karean terkena racun, selanjutnya perjuangan kaum Padri dilanjutkan oleh Muhammad Syahab atau Pelo (Pendito) Syarif yang kemudian dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol karena berkedudukan di Bonjol. Tuanku Imam merupakan anak dari Tuanku Rajanuddin dari Kampung Padang Bubus, Tanjung Bungo, daerah Lembah Alahan Pajang.
            Dalam perang itu, kaum Padri mendapat kemenangan di mana-mana. Sejak tahun 18815 kedudukan kaum Adat makin terdesakkarena keluarga kerajaan Minangkabau terbunuh di Tanah Datar, sehingga kaum Adat (penghulu) dan keluarga kerajaan yang masih hidup meminta bantuan kepada Inggris (di bawah Raffles yang saat itu masih berkuasa di Sumatera Barat).
          Karena Inggris segera menyerahkan Sumatera Barat kepada Belanda, maka kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda, dengan janji kaum Adat akan menyerahkan kedaulatan seluruh Minangkabau (10 Februari 1821). Permintaan itu sangat menggembirakan Belanda yang memang sudah lama mencari kesempatan untuk meluaskan kekuasaannya ke daerah tersebut.
   3.) Pemimipin yang terlibat
• Kaum Pidari dipimpin oleh Datuk Bandaro, Datuk Malim Basa,Tuanku Imam Bonjol Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, dan Tuanku Nan Cerdik.
• Kaum Adat dipimpin oleh Datuk Sati.


b. Periode 1821 – 1838 (Perang antara Kaum Padri Melawan Belanda)
          Sejak disetujuinya perjanjian antar kaum adat dengan Belanda mengenai penyerahan kerajaan Minangkabau kepada Belanda pada tanggal 10 Februari 1821, hal ini menjadi tanda dimulainya keikutsertaan Belanda dalam melawan kaum Padri.
Dalam perang antara kaum Padri melawan Belanda, jalanya perang dibagi menjadi tiga periode:
1.) Periode I (Tahun 1821 – 1825)
            Periode pertama ini ditandai dengan meletusnya perlawanan di seluruh daerah Minangkabau. Di bawah pimpinan Tuanku Pasaman, kaum Paderi menggempur pos-pos Belanda yang ada di Semawang, Sulit Air, Sipinan, dan tempat-tempat lain. Pertempuran menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Tuanku Pasaman, kemudian mengundurkan diri ke daerah Lintau, sebaliknya Belanda yang telah berhasil menguasai lembah Tanah Datar, mendirikan benteng pertahanan di Batusangkar ( Fort Van den Capellen) dan Benteng Fort de Kock di Bukittinggi.
Ternyata Belanda hanya dapat bertahan di benteng-benteng itu saja. Daerah luar benteng masih tetap dikuasai oleh kaum Pidari. Belanda mengalami kekalahan di mana-mana, bahkan pernah mengalami kekalahan total di Muara Palam dan di Sulit Air.
             Untuk itu, Belanda mulai mendekati kaum Padri ntuk melakukan perdamaian dan pada tanggal 22 Januari 1824 Belanda berhasil mengadakan perdamaian dengan kaum Padri di Masang dan di daerah VI Kota, isinya: kedua belah pihak akan mentaati batasnya masing-masing. Adanyaperundingan ini sebenaranya hanya menguntungkan pihak Belanda untk menunda waktu guna memperkuat diri.
Setelah berhasil memperkuat pertahannanya, Belanda tidak mau mentaati perjanjian dan dua bulan kemudian Belanda meluaskan daerahnya.
2.) Periode II (Tahun 1825 – 1830)
             Pada periode ini ditandai dengan meredanya pertempuran. Kaum Padri perlu menyusun kekuatan, sedangkan pihak Belanda dalam keadaan sulit, sebab baru memusatkan perhatiannya dan pengeriman pasukan untuk menghadapi perlawanan Diponegoro di Jawa Tengah.
               Belanda mencari akal agar dapat berdamai dengan kaum Padri. Dengan perantaraan seorang bangsa Arab yang bernama Said Salima ‘Ijafrid, Belanda berhasil mengadakan perdamaian dengan kaum Padri tanggal 15 November 1825 di Padang, yang isinya:
• Kedua belah pihak tidak akan saling serang menyerang.
• Kedua belah pihak saling melindungi orang-orang yang sedang pulang kembali dari pengungsian.
• Kedua belah pihak akan saling orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan berdagang.
• Belanda akan mengakui kekuasaan Tuanku-Tuanku di Lintau, Limapuluhkota, Telawas dan Agam.
3.) Periode III (Tahun 1830-1838)
              Periode ketiga ini ditandai dengan perlawanan di kedua belah pihak makin menghebat. Perang Diponegoro di Jawa Tengah telah dapat diselesaikan Belanda dengan tipu muslihatnya. Perhatiannya lalu dipusatkan lagi ke Minangkabau. Maka berkobarlah Perang Padri periode ketiga.
Belanda telah mengingkari Perjanjian Padang. Pertempuran mulai berkobar di Naras daerah Pariaman. Naras yang dipertahankan oleh Tuanku Nan Cerdik diserang oleh Belanda sampai dua kali tetapi tidak berhasil. Setelah Belanda menggunakan senjata yang lebih lengkap di bawah pimpinan Letnan Kolonel Elout yang dibantu Mayor Michiels, Naras dapat direbut oleh Belanda. Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol, selanjutnya daerah-daerah kaum Pidari dapat direbut oleh Belanda satu demi satu, sehingga pada tahun 1832 Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda.
            Pada tahun 1832, Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan Belanda. Akan tetapi ketenteraman itu tidak dapat berlangsung lama, karena rakyat diharuskan:
• Membayar cukai pasar dan cukai mengadu ayam.
• Kerja rodi untuk kepentingan Belanda.
Dengan hal-
hal tersebut di atas, sadarlah kaum Adat dan kaum Padri bahwa sebenarnya mereka itu hanya diperalat oleh Belanda. Perasaan nasionalisme mulai timbul dan menjiwai mereka masing-masing. Selanjutnya terjadilah perang nasional melawan Belanda. Pada tahun 1833 seluruh rakyat Sumatera Barat serentak menghalau Belanda. Bonjol dapat direbut kembali dan semua pasukan Belanda di dalamnya dibinasakan. Karena itu Belanda mulai mempergunakan siasat adu domba (devide et empera).
 Dikirimkanlah Sentot beserta pasukan-pasukannya yang menyerah kepada Belanda waktu Perang Diponegoro keSumatera Barat untuk berperang melawan orang-orang sebangsanya sendiri. Tetapi setelah Belanda mengetahui bahwa Sentot mengadakan hubungan dengan kaum Padri secara rahasia, Belanda menjadi curiga. Pasukan Sentot ditarik kembali ke Batavia dan Sentot diasingkan ke Bengkulu.
Untuk mengakhiri Perang Padri itu, Belanda berusaha menarik hati para raja di Minangkabau dengan cara mengeluarkan Plakat Panjang (1833) yang isinya:
1. Penduduk dibebaskan dari pembayaran pajak berat dan pekerjaan rodi.
2. Perdagangan hanya dilakukan dengan Belanda saja.
3. Kepala daerah boleh mengatur pemerintahan sendiri, tetapi harus menyediakan sejumlah orang untuk menahan musuh dari dalam atau dari luar negeri.
4. Para pekerja diharuskan menandatangani peraturan itu. Mereka yang melanggar peraturan dapat dikenakan sanksi.


Akhir Perang Padri                                            
        Di tahun 1835 kaum Padri di Bonjol mulai mengalami kemunduran, hal tersebut disebabkan ditutupnya jalan-jalan penghubung dengan daerah lain oleh paskan Belanda. Pada tanggal 11-16 Juni 1835 sayap kanan pasukan Belanda berhasil menutup jalan yang menghubungkan benteng Bonjol dengan daerah barat dan menembaki benteng Bonjol.
          Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,. Membaca situasi yang gawat ini, pada tanggal 10 Agustus 1837, Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda mengharapkan bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Belanda menduga bahwa ini merupakan siasat dari Tuanku Imam Bonjol guna mengulur waktu, agar dapat mengatur pertahanan lebih baik, yaitu membuat lubang yang menghubungkan pertahanan dalam benteng dengan luar benteng, di samping untuk mengetahui kekuatan musuh di luar benteng.
Kegagalan perundingan ini menyebabkan berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus 1837. Belanda memerlukan waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong, karena musuh berada dalam jarak dekat. Perkelahian satu lawan satu tidak dapat dihindarkan lagi. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Pasukan Padri terdesak dan benteng Bonjol dapat dimasuki oleh pasukan Belanda.
           Pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol beserta sisa pasukannya menyerah kepada Belanda. Tuanku Imamm Bonjol kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Pada tanggal 19 Januari 1839 dibuang ke Ambon, lalu pada tahun 1841 dipindahkan ke Manado hingga meninggal dunia pada tanggal 6 November 1864.
Walaupun Tuanku Imam Bonjol telah menyerah tidak berarti perlawanan kaum Padri telah dapat dipadamkan. Perlawanan masih terus berlangsung dipimpin oleh Tuanku Tambusi, namun Tuanku Tambusi berhasil dikalahkan oleh Belanda pada tanggal 28 Oktober 1838.
            Dengan demikian, secara umum perlawanan kaum Padri dapat dipatahkan pada akhir tahun 1838. Maka kekuasaan Belanda mulai sejak itu ternanam di Sumatra Barat.

C.Perang Diponegoro

          Praktik
kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan bangsa Belanda di Nusantara telah menimbulkan penderitaan bagi rakyat pribumi. Hal tersebut mengakibatkan berbagai bentuk perlawanan bersenjata yang dilakukan rakyat di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro. Perang Diponegoro disebut-sebut sebagai perlawanan rakyat terbesar di Pulau Jawa selama pemerintahan kolonial Belanda. Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun yaitu antara tahun 1825-1830 dan diperkirakan memakan korban hampir 200.000 dari kedua belah pihak.
Pangeran Diponegoro adalah seorang bangsawan dari Kesultanan Yogyakarta dan merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III. Pada zamannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram khususnya Kesultanan Yogyakarta menjadi semakin sempit karena banyak daerah yang di ambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda. Di lingkungan istana Yogyakarta sendiri terdapat dua golongan, satu golongan berpihak kepada pemerintah kolonial Belanda, sementara pihak lain menentang pemerintah Belanda. Pangeran Diponegoro merupakan salah satu bangsawan yang menentang kolonial Belanda karena telah melihat berbagai penindasan yang mereka lakukan kepada rakyat. Beliau akhirnya lebih memilih untuk mengasingkan diri dari istana dan menetap di Desa Tegalrajo, Yogyakarta. Di Desa inilah Pangeran Diponegoro menjalani hidup sebagai rakyat biasa namun diam-diam mulai menyusun kekuatan untuk melawan Belanda.

Penyebab Perang Diponegoro

1. Semakin menyempitnya daerah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.
2. Penderitaan rakyat akibat kerja rodi dan diberlakukannya berbagai macam pajak.
3. Tindakan Belanda yang sering ikut campur dalam urusan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta.
4. Masuknya budaya barat yang bertentangan dengan Islam dan budaya setempat.
5. Munculnya beberapa pejabat istana yang berkhianat dan mendukung Belanda.
6. Dibongkarnya makam leluhur Pangeran Diponegoro secara sepihak oleh Belanda.

Bermula dari insiden anjir
Sejak tahun 1823, Smissaert diangkat sebagai residen di Yogyakarta. Tokoh Belanda ini dikenal sebagai tokoh yang sangat anti terhadap Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu, Smissaert bekerja sama dengan Patih Danurejo berusaha menyingkirkan Pangeran Diponegoro dari istana Yogyakarta. Pada suatu hari di tahun 1825 Smissaert dan Patih Danurejo dalam rangka membuat jalan baru memerintahkan anak buahnya untuk memasang anjir (pancang/patok). Secara sengaja pemasangananjir ini melewati pekarangan milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin. Pangeran Diponegoro memerintahkan rakyat untuk mencabuti anjir tersebut. Kemudian Patih Danurejo memerintahkan memasang kembali anjir-anjir itu dengan dijaga pasukan Macanan (pasukan pengawal kepatihan). Dengan keberaniannya pengikut Pangeran Diponegoro mencabuti anjir/patok-patok itu dan digantikannya dengan tombak-tombak mereka. Berawal dari insiden anjir inilah meletus Perang Diponegoro.
Kala itu tanggal 20 Juli 1825 sore hari, rakyat Tegalreja berduyun-duyun berkumpul di dalem Tegalreja dengan membawa berbagai senjata seperti pedang, tombak, lembing dan lain-lain. Mereka menyatakan setia kepada Pangeran Diponegoro dan mendukung perang melawan Belanda. Belanda datang dan mengepung dalem Tegalreja. Pertempuran sengit antara pasukan Diponegoro dengan serdadu Belanda tidak dapat dihindarkan. Tegalreja dibumi hangus. Dengan berbagai pertimbangan, Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke arah selatan ke Bukit Selarong.
Pangeran Diponegoro adalah pemimpin yang tidak individualis. Beliau sangat memperhatikan keselamatan anggota keluarga dan anak buahnya. Sebelum melanjutkan perlawanan Pangeran Diponegoro harus mengungsikan anggota keluarga, anak-anak dan orang-orang yang sudah lanjut usia ke Dekso (daerah Kulon Progo). Untuk mengawali perlawanannya terhadap Belanda Pangeran Diponegoro membangun benteng pertahanan di Gua Selarong. Dalam memimpin perang ini Pangeran Diponegoro mendapat dukungan luas baik masyarakat, para punggawa kerajaan dan para bupati. Tercatat 15 dari dari 29 pangeran dan 41 dari 88 bupati bergabung dengan Pangeran Diponegoro.

Mengatur strategi dari Selarong
Dari Selarong, Pangeran Diponegoro menyusun strategi perang. Dipersiapkan beberapa tempat untuk markas komando cadangan. Kemudian Pangeran Diponegoro menyusun langkah-langkah. (1). Merencanakan serangan ke keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah masuknya bantuan dari luar. (2). Mengirim kurir kepada para bupati atau ulama agar mempersiapkan peperangan melawan Belanda. (3) Menyusun daftar nama bangsawan, siapa yang sekiranya kawan dan siapa lawan. (4). Membagi kawasan Kesultanan Yogyakarta menjadi beberapa mandala perang, dan mengangkat para pemimpinnya. Pangeran Diponegoro telah membagi menjadi 16 mandala perang, misalnya: Yogyakarta dan sekitarnya di bawah komando Pangeran Adinegoro (adik Diponegoro) diangkat sebagai patih dengan gelar Suryenglogo. Bagelen diserahkan kepada Pangeran Suryokusumo dan Tumenggung Reksoprojo. Perlawanan di daerah Kedu diserahkan kepada Kiai Muhammad Anfal dan Mulyosentiko. Bahkan di daerah Kedu Pangeran Diponegoro juga mengutus Kiai Hasan Besari mengobarkan Perang Sabil untuk memperkuat pasukan yang telah ada. Pangeran Abubakar didampingi Pangeran Muhammad memimpin perlawanan di Lowanu. Perlawanan di Kulon Progo diserahkan kepada Pangeran Adisuryo dan Pangeran Somonegoro. Yogyakarta bagian utara dipimpin oleh Pangeran Joyokusumo. Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Suryonegoro, Somodiningrat, dan Suronegoro. Perlawanan di Gunung Kidul dipimpin oleh Pangeran Singosari. Daerah Plered dipimpin oleh Kertopengalasan. Daerah Pajang diserahkan kepada Warsokusumo dan Mertoloyo, dan daerah Sukowati dipimpin oleh Tumenggung Kertodirjo dan Mangunnegoro. Gowong dipimpin oleh Tumenggung Gajah Pernolo. Langon dipimpin oleh Pangeran Notobroto Projo. Serang dipimpin oleh Pangeran Serang.
Sebagai pucuk pimpinan Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro), Ali Basyah Sentot Prawirodirjo sebagai panglima muda, dan Kiai Mojo bersama murid-muridnya. Nyi Ageng Serang yang sudah berusia 73 tahun bersama cucunya R.M. Papak bergabung bersama pasukan Pangeran Diponegoro. Nyi Ageng Serang (nama aslinya R.A. Kustiah Retno Edi), sejak remaja sudah anti terhadap Belanda dan pernah membantu ayahnya (Panembahan Serang) untuk melawan Belanda.
Pada tahun-tahun awal Pangeran Diponegoro mengembangkan semangat “Perang Sabil”, perlawanannya berjalan sangat efektif. Pusat kota dapat dikuasai. Gerakan pasukan Pangeran Diponegoro bergerak ke timur dan dapat menaklukan Delanggu dalam rangka menguasai Surakarta namun, pasukan Pangeran Diponegoro dapat ditahan oleh pasukan Belanda di Gowok. Secara umum dapat dikatakan pasukan Pangeran Diponegoro mendapatkan banyak kemenangan. Beberapa pos pertahanan Belanda dapat dikuasai. Untuk memperkokoh kedudukan Pangeran Diponegoro, oleh para ulama dan pengikutnya ia dinobatkan sebagai raja dengan gelar: Sultan Abdulhamid Herucokro (Sultan Ngabdulkamid Erucokro).

Perluasan perang di berbagai daerah
Perlawanan Pangeran Diponegoro terus meningkat. Beberapa pos pertahanan Belanda dapat dikuasai. Pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro meluas ke daerah Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang dan Rembang. Kemudian ke arah timur meluas ke Madiun, Magetan, terus Kediri dan sekitarnya. Perang yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro telah mampu menggerakkan kekuatan di seluruh Jawa. Oleh karena itu, Perang Diponegoro sering dikenal dengan Perang Jawa. Semua kekuatan dari rakyat, bangsawan dan para ulama bergerak untuk melawan kekejaman Belanda.
Menghadapi perlawanan Diponegoro yang terus meluas itu, Belanda berusaha meningkatkan kekuatannya. Beberapa komandan tempur dikirim ke berbagai daerah pertempuran. Misalnya Letkol Clurens dikirim ke Tegal dan Pekalongan, kemudian Letkol Diell ke Banyumas. Jenderal de Kock sebagai pemimpin perang Belanda berusaha meningkatkan kekuatannya. Untuk menambah kekuatan Belanda, juga didatangkan bantuan tentara Belanda dari Sumatera Barat.
Belanda berusaha menghancurkan pos-pos pertahanan pasukan Pangeran Diponegoro. Sasaran pertama Belanda yaitu pos pertahanan Pangeran Diponegoro di Gua Selarong. Tanggal 4 Oktober 1825 pasukan Belanda menyerang pos tersebut. Tetapi ternyata pos Gua Selarong sudah kosong. Ini memang sebagai bagian strategi Pangeran Diponegoro. Pos pertahanan Diponegoro sudah dipindahkan ke Dekso di bawah pimpinan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo. Pada tahun 1826 pasukan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo ini berhasil mengalahkan tentara Belanda di daerah-daerah bagian barat (Kulo Progo dan sekitarnya). Sementara itu di Gunung Kidul pasukan Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Singosari juga mendapatkan berbagai kemenangan. Benteng pertahanan Belanda di Prambanan juga berhasil diserang oleh pasukan Diponegoro di bawah pimpinan Tumenggung Suronegoro. Plered sebagai pos pertahanan Diponegoro juga sering mendapat serangan Belanda. Namun dapat dipertahankan oleh pasukan Diponegoro di bawah Kertopengalasan.
Seperti telah diterangkan di atas bahwa perlawanan Pangeran Diponegoro mendapat dukungan luas dari para bupati di mancanegara (istilah mancanegara untuk menyebut daerah-daerah yang umumnya sekarang di luar Yogyakarta). Misalnya terjadi perlawanan sengit di Serang (daerah perbatasan antara Karesidenan Semarang dan Surakarta). Daerah-daerah mancanegara bagian timur terus melakukan perlawanan di bawah para bupatinya, misalnya di Madiun, Magetan, Kertosono, Ngawi, dan Sukowati. Sementara mancanegara bagian barat meluas di wilayah Bagelen, Magelang dan daerah-daerah Karesiden Kedu lainnya.

Benteng Stelsel pembawa petaka
Perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro senantiasa bergerak dari pos pertahanan yang satu ke pos yang lain. Pengaruh perlawanan Diponegoro ini semakin meluas. Perkembangan Perang Diponegoro ini sempat membuat Belanda kebingungan. Untuk menghadapi pasukan Diponegoro yang bergerak dari pos yang satu ke pos yang lain, Jenderal de Kock kemudian menerapkan strategi dengan sistem “Benteng Stelsel” atau “Stelsel Benteng”.
Dengan strategi “Benteng Stelsel” sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat diatasi. Dalam tahun 1827 perlawanan Diponegoro di beberapa tempat berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, misalnya di Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Magelang. Masing-masing tempat dihubungkan dengan benteng pertahanan. Di samping itu Magelang dijadikan pusat kekuatan militer Belanda.
Dengan sistem “Benteng Stelsel” ruang gerak pasukan Diponegoro dari waktu ke waktu semakin sempit. Para pemimpin yang membantu Diponegoro mulai banyak yang tertangkap. Tetapi perlawanan rakyat masih terjadi di beberapa tempat. Pasukan Diponegoro di Banyumeneng harus bertahan dari serangan Belanda. Di Rembang di bawah pimpinan Raden Tumenggung Ario Sosrodilogo, rakyat mengadakan perlawanan di daerah Rajegwesi. Namun perlawanan di Rembang dapat dipatahkan oleh Belanda pada bulan Maret 1828. Sementara itu pasukan Diponegoro di bawah Sentot Prawirodirjo justru berhasil menyerang benteng Belanda di Nanggulan (daerah di Kulon Progo sekarang). Dalam penyerangan ini berhasil menewaskan Kapten Ingen. Peristiwa penyerangan benteng di Nanggulan ini mendapat perhatian para pemimpin tempur Belanda. Pasukan Belanda dikonsentrasikan untuk mendesak dan mempersempitkan ruang gerak pasukan Sentot Prawirodirjo dan kemudian mencoba untuk didekati agar mau berunding. Ajakan Belanda ini berkali-kali ditolaknya. Belanda kemudian meminta bantuan kepada Aria Prawirodiningrat untuk membujuk Sentot Prawirodirjo. Pertahanan hati Sentot Prawirodirjo pun luluh, dan menerima ajakan untuk berunding. Pada tanggal 17 Oktober 1829 ditandatangani Perjanjian Imogiri antara Sentot Prawirodirjo dengan pihak Belanda. Isi perjanjian itu antara lain:
1).Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam,
2).Pasukan Sentot Prawirodirjo tidak dibubarkan dan ia tetap sebagai komandannya,
3).Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diizinkan untuk tetap memakai sorban,
4).Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya memasuki ibu kota negeri Yogyakarta untuk secara resmi menyerahkan diri.
Penyerahan diri atau tertangkapnya para pemimpin pengikut Pangeran Diponegoro, merupakan pukulan berat bagi perjuangan Pangeran Diponegoro. Namun pasukan di bawah komando Diponegoro terus berjuang mempertahankan tanah tumpah darahnya. Pasukan ini bergerak dari pos yang satu ke pos yang lain. Belum ada tanda-tanda perlawanan Diponegoro mau berakhir. Belanda kemudian mengumumkan kepada khalayak pemberian hadiah sejumlah 20.000 ringgit bagi siapa saja yang dapat menyerahkan Pangeran Diponegoro baik dalam keadaan hidup maupun mati. Tetapi nampaknya tidak ada yang tertarik dengan pengumuman itu. 

Jalannya Perang

Saat menghadapi Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya dan memusatkan pertahanannya di Goa Selarong. Penggunaan strategi perang gerilya ini terbukti cukup berhasil karena pasukan Diponegoro mempu mendesak Belanda hingga ke daerah Pacitan.

Belanda yang mulai kewalahan menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro akhirnya menerapkan strategi benteng stelsel, yaitu dengan mendirikan beberapa benteng di daerah yang sudah berhasil dikuasai dan menghubungkan tiap benteng dengan jalan sehingga akan memudahkan komunikasi.

Penggunaan strategi benteng stelsel oleh belanda mampu mempersulit pergerakan pasukan Diponegoro sehingga setiap pasukan hanya bisa bertahan di daerah masing-masing. Banyak pasukan Pangeran Diponegoro yang tertangkap, terbunuh, maupun menyerahkan diri karena terus terdesak. Meskipun terus terdesak, Pangeran Diponegoro bersama para pendukung fanatiknya terus melakukan perlawanan.

Akhir Perang Diponegoro
Tahun 1828, Kiai Mojo salah satu penguasa pendukung Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda dan di asingkan ke Minahasa sampai wafatnya. Setahun kemudian, Sentot Prawirodirjo menyerah kepada belanda dan bersama pasukannya dikirim ke Sumatera Barat untuk memadamkan perlawanan Tuanku Imam Bonjol. Namun Sentot Prawirodirjo akhirnya ditangkap oleh belanda dan diasingkan ke Bengkulu sampai akhir hayatnya karena ia dan pasukannya malah memihak kepada Tuanku Imam Bonjol.

Meskipun terus terdesak, Pangeran Diponegoro bersama para pendukung fanatiknya terus melakukan perlawanan meski pemerintah Belanda menjanjikan uang sebesar 20.000 ringgit bagi siapa saja yang berhasil menangkapnya hidup atau mati. Jendral De Kock sebagai panglima tertinggi pasukan Belanda terus berupaya membujuk Pangeran Diponegoro agar mau berunding dengan Belanda. Akhirnya Pangeran Diponegoro menerima tawaran tersebut dan perundingan dilaksanakan di Magelang, tanggal 28 Maret 1830. Namun ketika proses perundingan sedang berlangsung, secara licik Belanda menangkap Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro kemudian dibawa ke Batavia, kemudian diasingkan lagi ka Manado, lalu dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Sejak penangkapan Pangeran Diponegoro secara licik oleh Belanda tersebut, maka berakhir pula lah sejarah panjang Perang Diponegoro yang sangat legendaris tersebut.


Kesimpulan :
A.   Kedatangan bangsa Belanda di Kepulauan Maluku dan pendirian persekutuan    dagang VOC hingga pemberlakuan sistem monopoli perdagangan banyak menimbulkan penderitaan, kegelisahan, dan permusuhan untuk rakyat Maluku. Pada bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura.Tetapi Pada bulan Oktober 1817, pasukan Belanda mulai menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran hingga dapat memadamkan perlawanan rakyat dan menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) yang kemudian dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.
B.   Padri adalah peperangan yang berlangsung di daerah Minangkabau (Sumatra Barat) dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Perang ini berawal dari konflik internal antara kaum adat dengan kaum Padri (orang-orang yang ingin meluruskan ajaran Islam).
Perang ini terjadi dalam dua periode, yaitu:
1. Periode I 1803-1821 (Perlawanan kaum Padri dengan kaum Adat)
2. Periode II 1821-1838 (Perlawanan kaum Padri dengan Belanda).
Dalam perang melawan Belanda, dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
a) Tahap I 1821-1825 (meningkatnya perlawanan rakyat)
b) Tahap II 1825-1830 (perlawanan menurun, Belanda fokus pada perang Diponegoro di Jawa Tengah)
c) Tahap III 1830-1838 (Kaum Padri mengalami kekalahan)
Akhir dari perang padri ditandai dengan semakin banyaknya wilayah kekuasaan kaum padri yang jatuh ketangan Belanda, selain itu juga menyerahnya Tuanku Imam Bonjol beserta sisa pasukannya menyerah kepada Belanda Pada tanggal 25 Oktober 1837.
Dengan demikian, secara umum perlawanan kaum Padri dapat dipatahkan pada akhir tahun 1838. Maka kekuasaan Belanda mulai sejak itu ternanam di Sumatra Barat.

C.   Perang Diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di daerah Jawa Tengah. Perang ini disebabkan karena pihak Belanda membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang yang melewati makam leluhur pangeran Diponegoro . Dalam peperangan yang berlangsung lima tahun ini dimenangkan oleh pihak Belanda . Setelah kekalahan tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan diasingkan ke Manado dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat tanggal 8 Januari 1855.Perang ini juga mengakibatkan banyak korban tewas dari pihak Belanda maupun pribumi.

Daftar Pustaka :
……Sejarah Indonesia XI .Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014
http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/02/sejarah-perang-diponegoro.html
http://www.Perlawanan Pattimura Terhadap Kolonial Belanda (VOC)   Buih Kata.html
http://www.SEJARAH PERANG PATTIMURA   sarisejarah.com - Artikel, materi, dan bank soal sejarah.html






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS



      Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Artikel ini memusatkan perhatian pada pemahaman yang khas dalam hubungan antar pribadi. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan" menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuanpenghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruismeselera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.
Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:
       Seringkali ada anggapan bahwa sahabat sejati sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam, yang mungkin tidak dapat diungkapkan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat sulit, ketika mereka datang untuk menolong. Dibandingkan dengan hubungan pribadi, persahabatan dianggap lebih dekat daripada sekadar kenalan, meskipun dalam persahabatan atau hubungan antar kenalan terdapat tingkatkeintiman yang berbeda-beda. Bagi banyak orang, persahabatan dan hubungan antar kenalan terdapat dalam kontinum yang sama.
      Disiplin-disiplin utama yang mempelajari persahabatan adalah sosiologiantropologi dan zoologi. Berbagai teori tentang persahabatan telah dikemukakan, di antaranya adalahpsikologi sosialteori pertukaran sosialteori keadilandialektika relasional, dan tingkat keakraban. Lihat Hubungan antar-pribadi
      Hay disini aku cuma mau bilang saja , kalau kalian punya temen jadilah temen yang sehidup semati walaupun susah senang . Jangan hanya disaat senang aja kalian berteman. Ya kaya akulah misalnya , aku punya temen tapi sayangnya dia itu aneh. Kalau lagi pelajaran produktif dia itu gak pernah bisa diajak ngomong sama sekali . Dari pagi mesti wajahnya merengut . Ya wajarlah dia itu pinter dalam mata pelajaran produktif jadi kelihatan sombong.

      Beda kalau hari saat pelajaran Normatif dan adaptif , mesti dia mendekati aku. Sok sok-an baik gitu ke aku. Apalagi kalau lagi ada "Home Work" yang berhubungan sama internet , malemnya sms aku , sok sok an minta tolong ya akhir-akhirnya  nyontoh juga. Ya sebagai temen cuma bisa ngelus-ngelus dada aja. Barangkali dia mau berubah.

AAMIIN........

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Persahabatan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Curhatan


Curhatan
            Ini Cerita Tentang Cintaku , tapi karena aku masih belum berani buat mengatakannya apalagi aku sebagai kaum hawa jadi pantang buat menyatakan perasaan terlebih dahulu . Belakangan ini aku mendengar tentang kabarnya yang mempunyai pacar baru . Daripada aku update di facebook terus dibilang alay mending aku curhat disini aja.
ok deh langsung aja .

Sabtu, 31 Mei 2014
Tatapan Farel ke Rachel  itu sama seperti kamu, kamu adalah laki-laki pertama yang bisa menerima keadaanku akupun berharap kebahagiaan ini tak pernah hilang. Aku fikir kamu beda dari yang lain . Selama ini aku kira kamu setia karena meskipun ada aku di sampingmu tapi kamu tetap memilih pacarmu yang jauh disana . Kamu sudah berhasil mendapatkan hatiku dengan kesetiaanmu menunggu pasanganmu. Akupun merasa bangga bisa mencintaimu, mencintai laki-laki yang seumur hidupnya hanya memiliki satu orang wanita saja . Akupun bahagia takdir telah mempertemukan aku denganmu  walaupun  aku tidak bisa memilikimu. Tapi mengapa setelah aku merasa sangat sayang sama kamu baru aku tahu kelakuanmu, kebrengsekan kamu oh apakah kepada setiap wanita kamu bersikap manis seperti itu.Sungguh terlalu pahit kenyataan ini. :’(

Minggu, 01 Juni 2014
Mengingat masa lalu yang pernah mengisi hari-hari kita itu terasa indah banget, seakan kekecewaanku terobati dengan bayanganmu. bagaimana kabarmu sudah lama kita tak jumpa apakah kau masih mengingatku ? Mengingat orang yang selalu memperhatikanmu , orang yang selalu mengagumimu  bahkan setelah kau mengunfriends aku sekalipun. Masih ingatkah kau  saat kau meminjam topiku saat akan upacara, di SAS aku melihatmu dengan wajah berseri-seri saat akan mengembalikan topikupun kau masih menunggu walaupun aku lama karena menjalani hukuman. Bahkan saat aku harus jawab kata “sama-sama”, aku keliru. Aku menjawab “Terima kasih” itu karena aku salting  bisa bicara secara langsung sama kamu. Ya walaupun sebenarnya aku benar menjawab terima kasih karena kamu telah membuat aku ceria pagi itu . Selama ditinggal Prakerin sama kamu perasaanku tak menentu , aku selalu berusaha mencari orang lain untuk menggantikanmu karena aku kira kamu tidak akan mungkin membalas perasaanku, akan tetapi lainnya sama saja sama-sama brengsek. Dan selama itu juga semakin sulit buatku melupakanmu . Misalkan kamu punya rasa yang sama seperti aku akankah kamu mau menerima perasaanku ini setelah kamu tahu bahwa aku tak setia seperti itu? . aku harap iya  J J J

Sabtu, 28 Juni 2014
Tadi aku beres-beres buku lamaku , tiba-tiba aku melihat buku harianku yang lama aku baca buku itu . Betapa indahnya pada masa-masa itu ya meskipun aku tidak bisa memilikimu tapi kamu telah memberi warna dalam hatiku, oh tuhan betapa bahagianya aku bila ia juga mempunyai rasa yang sama denganku aku  biarkan waktu tiga  tahunku yang lalu menjadi sia-sia asalkan ia bisa membalas perasaanku. Tapi setelah aku membaca bagian akhir, keterkejutan menguasaiku betapa tidak ,ternyata  aku juga menulis harapan bahwa saat lulus SMP aku harap tak pernah bertemu dengannya lagi, cinta yang  telah membuat  warna hidupku ternyata juga telah membunuhku secara perlahan. Dulu aku sangat mencintai gondo tapi dibalik itu aku juga menyimpan benci terhadap perasaan itu betapa tidak ,  lama aku menyimpan perasaan itu namun setitik senyumpun tak ada buatku  gondo tak pernah melihatku hanya sekedar  melirik pun tak ada. Dan akhirnya harapanku itu terjadi , semenjak lulus kami tak pernah bertemu seharusnya aku senang tapi kenapa aku merasa hambar :’(

Kamis, 03 Juli 2014

Mimpi itu datang  lagi, kenapa? Apakah masih ada rasa cinta untuknya?  Apakah ia juga merasakan cinta  yang sama kepadaku? Jika memang ia adalah jodohku pertemukanlah kami dalam keadaan yang baik dan sukses tapi jika dia bukan jodohku tolong hapuskanlah  rasa cinta ini ya ALLAH , karena aku gk sanggup kalau cinta yang tak seharusnya aku miliki bersemayam dalam hati ini. Gondo Bagas memang tidak mudah melupakanmu , pergi jauhpun tak bisa menghapus namamu dalam hati, bukankah aku pernah mengatakan jika perpisahan adalah jalan yang terbaik aku rela pergi jauh darimu. Namun nama itu masih selalu membekas dalam hati. Ironis sekali 3 tahun aku  menyimpan cinta  untukmu tapi Cuma aku saja yang merasakannya, cinta tak terbalas menjadi gelarku saat itu. Pelarian tak bisa menggantikanmu dengan yang lain.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

                                                               Hidup Dalam Sosial

          Kehidupan sosial adalah kehidupan dimana kita berada dilingkungan orang sekitar , entah itu sudah dikenal maupun belum . Kehidupan sosial itu berada di tengah-tengah , antara kebaikan atau keburukan . Semuanya tergantung dari kita tentang bagaimana kita menghadapi dan menyikapinya . Kehidupan masyarakat sangat rentan kondisinya . Hal ini dapat mengubah  kejiwaan seseorang.

          Sangat beda dengan berada di lingkup keluarga , dalam lingkup keluarga kita akan merasa aman , nyaman dan begitu kerasan . Tetapi saat kita terjun ke masyarakat barulah kita tau rasanya seperti apa. Jika dalam keluarga kau bisa bercanda maka dalam masyarakat kau akan dituntut untuk super super serius . Ya itulah kehidupan dalam sosial , kita dituntut untuk selalu sempurna. Sedikit saja kesalahan yang kita lakukan , maka akan berdampak besar bagi kehidupan kita.

          Dalam sekolah , kita harus dapat berinteraksi  dengan warga sekolah . Bagaimana jika tidak bisa? maka kamu tidak akan pernah menemukan teman , orang yang bisa diajak bicara . Contoh saja dalam kelompok-an , bagaimana kau akan hidup dengan orang yang sama sekali  tak menganggapmu bukan karena kau tidak kelihatan tapi karena mereka tidak menganggap kemampuanmu .

         Mudah bagi seseorang yang cantik atau  cakep bahkan kaya untuk mendapatkan teman bahkan perhatian dari orang-orang , tetapi bagaimana dengan orang yang wajahnya pas-pasan  walaupun mereka mempunyai kemampuan alias pintar tetapi  kehidupan sosialnya tidak selancar otaknya . Mereka yang mempunyai wajah pas-pasan harus jatuh bangun berusaha agar dihargai orang.

        Sungguh jaman yang transparan , semua harus dilihat dari casing . Tidak heran kalau sekarang marak terjadinya kekerasan , anak kecilpun bisa melakukannya ya itulah akibat kehidupan sosial yang buruk. Kita sebagai generasi muda tak seharusnya melakukan itu , ayo tunjukkan rasa tolerans kalian

Semangat Pemuda Indonesia :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Supaidatul Jannah
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Free Website Templates
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver