MENITI HARI ESOK
(SUPAIDATUL JANNAH)

Malam hari seusai belajar, aku duduk termenung di dekat jendela memikirkan hal yang telah kulakukan.  Ditemani angin yang menari-nari diiringi hujan yang bernyanyi keras membuat ku sadar akan kesalahaku.Tapi lama-kelamaan kantuk tak terbendung lagi memaksaku utuk segara berbaring dan meninggalkan sejuta masalah.

Saat mentari terbangun dari tidurnya, kicauan burung memaksaku untuk segera menghadapi kenyataan hidup. Tepat pukul 06.15 wib, kulangkahkan kaki mengayuh sepeda mungil kesayanganku. Mentaripun terseyum memberikaku semangat baru menghadapi hari yang mungkin kan terjadi. Kuhentakkan kaki di depan pintu gerbang sekolah, amun rasa sedih, menyesal, malu, marah menguasai fikiranku. Terbayang dalam benak pertanyaan besar yang kan terlontar dari mulut teman-temanku. Apakah mungkin mereka akan seperti kodok yang tertawa senang pasca awan meneteskan air mata. Apakah mungkin mereka akan menari-nari diatas tangisanku.

Dengan perasaan tak karuan kulajutkan langkah menuju parkiran. Ternyata benar dugaanku, belum sampai  di kelas mereka membicarakan aku. Dengan rasa pesimis aku berjalan, teringat akan semua kesalahan,dalam hati aku berkata, "Ya Tuhan seandainya aku tak seperti air di atas daun talas, seandainya aku tak mengikuti kejelekan temanku, seandainya aku tak menyia-nyiakan waktu belajarku, pasti tak akan seperti ini".  Sekarang atas semua perbuatanku kudapatkan balasannya. Nilai anjlok menghantuiku.

Apa yang harus kulakukan?  Aku tak kuasa menghadapi semua ini. Ingin rasanya aku berteriak memaki diriku sendiri. Mataku berkaca-kaca melihat semua ini. Tanpa kusadari di depanku telah berdiri ke-6 sahabatku, mareka tersenyum lalu berkata, "kami mengerti perasaanmu tapi kau tak boleh larut dalam kegagalan. Kami di sini untukmu. Optimis dan tersenyumlah seperti hari-hari yang lalu. Kami melihat sinar mentari di matamu". Mendengar perkataan itu, rasa pesimis yang menyelimuti hati hilang terbawa angin. Senyumku pun terlontar. Mereka benar seberat apapun beban yang ada di pundakku ku harus sanggup menahan dan memikulnya. Aku tak boleh larut dalam kegagalan, karena kegagalan adalah awal kesuksesan. Masih ada pintu yang terbuka lebar untuk memperbaiki semuanya. Esok semua impian kan menjadi nyata asalkan aku bisa meninggalkan semua kesenangan yang menghalangi jalan kesuksesan. Optimis dan tersenyumlah menghadapi hari esok. Mentari kan terus bersamaku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Supaidatul Jannah
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Free Website Templates
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver